Selasa, 17 Mei 2016

Hari Tanpa TV? Bisa!

(Aktivitas menyenangkan dengan anak bisa menggantikan TV)

Keberadaan televisi saat ini bukan saja sebagai media elektronik yang paling pesat perkembangannya tetapi juga sudah mampu mengondisikan seseorang menjadi pecandu televisi. (Quote)


Ketika ada yang bertanya pada Anda, kira-kira apa yang akan Anda lakukan jika televisi di rumah Anda rusak? Bisakah Anda menjalani satu hari saja tanpa menonton televisi? Jawaban apakah yang Anda berikan?

Tidak bisa dipungkiri bahwa televisi saat ini menjadi media elektronik yang paling pesat perkembangannya. Selain jumlah stasiun televisi yang semakin bertambah, acara yang ditampilkan pun beragam. Mulai dari acara komedi, program anak-anak, program edukasi, berita, talkshow, drama sampai dengan film layar lebar dalam dan luar negeri pun tidak mau kalah berlomba-lomba untuk bisa tayang di televisi.

Keberadaan televisi saat ini bukan saja sebagai media elektronik yang paling pesat perkembangannya tetapi juga sudah mampu mengkondisikan seseorang menjadi pecandu televisi. Dan hal tersebut tidak hanya berlaku pada orang dewasa. Virus pecandu televisi saat ini pun sudah menjangkiti anak-anak dan sedikit banyak cukup meresahkan para orang tua.

Mengapa?
Karena selain berdampak positif seperti mempercepat pemberitahuan informasi dan sumber inspirasi, sebagai media edukasi dan memberikan hiburan yang meriah, televisi pun mempunyai dampak negatif bagi anak-anak. Dengan menghabiskan seluruh waktunya di depan televisi, anak-anak menjadi lupa waktu untuk memikirkan kewajiban utamanya yaitu belajar, adanya acara-acara tidak mendidik yang memuat percintaan,intrik dan kekerasan dapat mempengaruhi psikologis anak. Televisi pun mengakibatkan anak menjadi konsumtif bahkan bisa memicu pertengkaran jika masing-masing anak menginginkan tontonan yang berbeda.

Kemudian apa yang harus dilakukan para orang tua agar anak-anak tidak menjadi pecandu televisi?

Suatu ketika Ibu Risa sempat kesal dengan sang anak. Karena pada hari itu si anak sepulang sekolah sampai dengan larut malam terus berada di depan televisi sehingga si anak lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ibu Risa berpikir keras mencari cara agar si anak berlatih sedikit demi sedikit untuk bisa terlepas dari televisi.

Bagaimanakah cara yang digunakan Ibu Risa?
Ibu Risa mengajak si anak berdiskusi. Ibu Risa bertanya pada si anak apa acara televisinya, menceritakan tentang apa, siapa tokoh-tokohnya, bagaimana perilaku si tokoh dalam cerita tersebut. Ibu Risa juga memberi gambaran kepada si anak untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dari tontonan si anak.

Langkah berikutnya Ibu Risa menyampaikan kekhawatirannya pada si anak tentang dampak sederhana akibat terus menerus menonton televisi. Seperti lupa mengerjakan tugas sekolah dan lupa belajar. Dengan harapan si anak menyadari akibat yang timbul tanpa harus mendapat marah dari orang tuanya.

Setelah si anak menyadari akibat dari terus menerus menonton televisi, Ibu Risa kemudian membuat kesepakatan dengan si anak tentang waktu-waktu yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan menonton televisi.

Di waktu-waktu yang tidak boleh menonton televisi, Ibu Risa membuat acara lain untuk si anak misalnya mengajak membaca buku, mengerjakan tugas bersama, berjalan-jalan di taman, berolahraga bersama dan kegiatan lain yang bisa mengalihkan perhatian si anak dari televisi. Dan hal tersebut juga membawa dampak positif harmonisnya hubungan anak dan orang tua.

Dari cerita Ibu Risa di atas ternyata ada cara yang bisa digunakan untuk menghentikan si anak dari ketergantungan terhadap televisi, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah KOMUNIKASI antara ibu dan anak. Ya, melalui DISKUSI antara anak dan orangtua maka hari tanpa TV bisa berjalan dengan baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar