Ibu
Nina bercerita tentang perkembangan putri semata wayangnya. Bahwa saat ini sang
putri senang sekali menirukan gaya berbicara salah satu tokoh di sinetron yang
sering ia lihat. Dengan centilnya si putri menasehati ibunya: “Bu, jadi isteri
itu harus sering-sering masak buat suaminya. Masaknya yang enak,bu. Kalau ngga
enak nanti suami ibu bisa sering makan di luar”. Terkadang di hari berikutnya
sang putri memuji ibunya, “ya ampyuuuunn, ibu hari ini cantik bingiiitttss...”
Itulah sekilas kata-kata dari putri Ibu Nina yang cukup membuat sang ibu
tercengang.
Apa
yang terjadi dengan putri Ibu Nina? Hm, rupanya sang putri saat ini sedang
senang menirukan kata-kata dari tokoh-tokoh di sinetron yang sedang tayang di
televisi. Dan kata-kata yang ia lontarkan mempunyai kesan menjadikannya seorang
anak yang mendadak dewasa dari usianya serta menambah perbendaharaan kosa kata
di luar kosa kata yang sudah baku.
Perkembangan
televisi saat ini yang begitu pesat memaksa orangtua untuk lebih ekstra dalam
melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya. Bagaimana televisi dapat
mempengaruhi perilaku anak-anak? Dan bagaimana orangtua menyikapi fenomena
pesatnya perkembangan televisi ini demi perkembangan yang baik dari anak-anak?
Saat
ini banyak acara televisi yang tidak layak menjadi tontonan anak-anak. Termasuk
film kartun. Karena sekarang pun sering dijumpai film-film kartun yang
mempertontonkan kekerasan, atau pembalasan dendam. Bahkan sampai film berakhir,
kalimat-kalimat yang sangat kasar selalu terlontar dari mulut si tokoh, dan hal
ini dapat ditiru oleh anak-anak dalam sekejap. Bukan tidak mungkin jika terjadi
selisih pendapat saja dengan temannya, ia akan melontarkan kata-kata yang kasar
serta melakukan kekerasan karena terinspirasi dari film kartun kegemarannya. So,
banyaknya tawuran antar pelajar saat ini juga merupakan akibat dari
maraknya acara televisi yang memperlihatkan kekerasan tersebut.
Selain
banyaknya acara yang didominasi oleh kekerasan, ada pula beberapa acara yang
kurang mendidik seperti sinetron tentang percintaan, intrik, perebutan harta
warisan, dan lain-lain yang sekarang ini sudah menjadi konsumsi anak-anak.
Dengan seringnya anak menonton acara-acara seperti itu sedikit demi sedikit
akan mengubah pola pikir anak menjadi lebih dewasa dari usianya. Seperti kasus
putri Ibu Nina di atas. Dan hal tersebut tentu saja akan membahayakan bagi
kejiwaan anak. Apalagi jika tidak didukung dengan pengetahuan agama yang
memadai. Akan banyak terjadi perzinaan, tuntutan kepada orangtua untuk memenuhi
segala keinginannya, dan banyak lagi akibat yang lainnya.
Iklan
pun juga menjadi salah satu tontonan anak-anak yang kurang bagus bagi
perkembangan mereka dalam hal perbendaharaan kosa kata. Bukan rahasia umum lagi
jika iklan-iklan di televisi yang mempromosikan suatu produk menggunakan bahasa
di luar bahasa baku yang selama ini kita gunakan. Atau yang sekarang dinamakan
bahasa gaul. Menemukan anak yang berbicara dengan bahasa gaul saat ini mudah
sekali ditemukan, bukan?
Bagaimana
cara orangtua menyikapi hal ini? Yang pertama adalah berdiskusi dengan anak
tentang dampak positif ataupun negatif dari tayangan televisi. Dan membuat
kesepakatan dengan anak perihal acara-acara yang boleh ditonton oleh anak
beserta jadwalnya. Cara lain adalah memberi alternatif hiburan kepada anak
selain televisi yang berguna untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya,
seperti membaca buku, berkebun, mengerjakan pekerjaan rumah ,dan lain-lain.
Kemajuan
teknologi termasuk televisi tidak bisa kita hindari. Sebagai orangtua kita
harus pandai menyikapinya. Kemajuan teknologi jangan sampai merusak
perkembangan anak dan menjadikan anak berkembang tidak sesuai dengan usianya.
Sudah sewajarnya anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan pola pikir anak-anak
seusianya.